Monday, April 16, 2007

IT'S ONLY A PIECE OF A TORN PAPER

Artikel di bawah ini bukan saya yang menulisnya tapi seorang kawan yang memang penulis.

Setelah minta izin sama yang punya tulisan, saya mengcopy-pastekan untuk disimpan disini. (Hanya saja tidak bisa diambil gambarnya...maklum kemampuan ngeblog saya sangat terbatas)

Saya terkesan dengan artikel yang pernah juga dimuat di Eramuslim online ini. Kisah sederhana yang berdasarkan pengalaman pribadi tetapi memberi pelajaran yang cukup ‘menyentil’ saya. Ahhh....bunda kakak zaza jadi malu nich sama nida....

Silahkan membaca dan merenungi. Mudah2an ada manfaatnya.

Untuk yang ingin tahu tulisan2 lain dari kawan saya ini, silahkan mampir ke rumahnya yang disini dan disana .

===================================================

Tak sampai selembar kertas

Seperti biasa, Nida selalu melakukan ritual sebelum tidur. Tadi, setelah ritual-ritual itu usai dilaksanakan, tiba-tiba dia turun dari tempat tidurnya.

“Ehh...Nida kan punya paper dari Aqila.” Serunya gembira seraya melesat menuju ruang tamu. Mengambil sesuatu dari tas sekolahnya yang tergeletak diatas sofa.

Pikir saya saat itu, pastilah paper dari Aqila, teman sekolahnya itu, sesuatu yang sangat berharga bagi Nida, terlihat dari bahasa tubuh dan riang nada suaranya.

Saya bayangkan rupa paper itu. Seperti apa ya? Ada gambarnyakah? Warnanya? Apa ada tulisannya?

Dan ketika Nida menghampiri saya sambil memperlihatkan ‘paper berharga’ itu dengan paras bangga. Saya tercenung...

Seperti ini? Gumam hati saya.

Hanya seperti ini?

Dan Nida sedemikian senang menerimanya? Bisik hati saya lagi.

Mata saya menghangat. Hati saya basah. Menulis artikel ini pun dengan perasaan haru dan airmata yang hampir luruh. Keluguan, kepolosan dan ketulusan Nida menerima pemberian temannya menyentuh nurani saya.

Tak sampai selembar kertas, hanya secuil kertas polos putih kira-kira 8 x 5 cm, dengan salah satu tepi tak rata (mungkin karena sobekan yang tak sempurna) bahkan tanpa segaris bentukpun dan Nida begitu bahagia menerimanya. Apa yang dirasakannya ketika temannya memberikan ‘hadiah’ itu?

Tak sampai selembar kertas....dan Nida sangat suka cita...?

Bagaimana dengan saya?

Begitu banyak anugerah, karunia yang telah diberikanNYA pada saya. Sangat banyak. Tak terhingga. Tak terhitung bahkan jika tintanya adalah tujuh lautan sekalipun.

Seperti apa saya menerimanya?

Ada sebongkah cinta dicurahkan oleh orang-orang terkasih.

Lalu sejumput perhatian dari teman-teman yang baik.

Seperti apa saya menerimanya?

Tak jarang saya begitu berterimakasih untuk pemberian yang ‘besar’ dan nampak secara kasat mata. Senantiasa mengingat-ingat cenderamata yang teraba wujudnya secara ‘nyata’.

Sementara begitu banyak pemberian yang terlihat kecil dan remeh temeh yang saya anggap biasa. Padahal tak ada pemberian yang sepele kecuali diri sendiri yang menganggapnya tak berharga.

Pada secuil kertas putih bersih yang bentuknya saya ‘abadi’kan pada gambar diatas, Allah menuntun saya memetik hikmah tentang ketulusan dan wajah sumringah Nida ketika menerimanya dari Aqila.

*****

Singapore, ketika secercah cahaya menyelinap relung hati…

No comments: