Tuesday, February 27, 2007

SAVING, NEEDS vs WANTS

Waktu jaman masih kerja kantoran, setiap akhir bulan dah menghitung kira2 bulan ini berapa yang tersisa dari yang didapat. Padahal gaji juga belum seberapa karena masih fresh graduate jadi belum punya ‘nyali’ untuk bargaining take home pay-nya. Supaya bisa nabung agak banyak harus ngirit makan siang.(kalau ingat sekarang geli sendiri karena bisa 3 hari dalam seminggu cuma makan mi bakso + rujak!). Kegiatan menabung bukan untuk beli pernak-pernik wanita yang ngantor atau untuk cicilan rumah tapi untuk bayar biaya telpon yang lumayan gede karena sering telpon overseas (mantan pacar waktu itu tinggal diseberang benua). Duuh segitunya yah.... Tapi itu belasan tahun yang lalu kok.

Buat saya, menabung adalah suatu sikap disiplin dan itu bukan hal gampang. Sebagai wanita biasa mudah tergoda dengan yang namanya sale.Walaupun tidak semua jenis barang sale akan menarik perhatian saya. Hanya, jika kata sale itu melekat pada barang tertentu, kata menabung mendadak turun ratingnya .... Tapi Alhamdulillah, pendamping hidup selalu mengingatkan untuk bisa commit dengan tindakan menabung ini.

Kebiasaan menabung memang sedianya dimulai dari usia dini. Saya dan suami mendidik cahaya mata untuk mengenal arti menabung dan mengetahui keuntungannya sejak dia tahu nilai uang. “Za, sisa uang jajan/uang hari rayanya ditabung ya. Jangan lupa” begitulah nasehat kami selalu. Karena seringnya kami mengingatkan, pernah ada kejadian. Zaza ingin membeli suatu mainan. Saya berkata padanya untuk menabung dulu. Dengan tangkas dia menjawab “aku sudah menabung, nich ada sekian dollar”. Saya speechless . Selain jawaban yang mengena, harga mainan yang diminta berkali lipat tabungannya.Ternyata konsep menabung tidak cukup sampai pada kebiasaan menyisihkan uang saja tetapi ada konsep lain yang mengikutinya yaitu bisa membedakan antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants), mana keuntungan dan mana kerugian.

Tanpa buang waktu, kami memperkenalkan konsep tersebut. It was not easy at start. Seiring waktu Alhamdulillah sedikit demi sedikit Zaza sudah bisa menerima konsep ini walaupun tidak jarang saya harus melihat dia BT bahkan berlinang air mata karena penerapan konsep itu. Masih lebih besar kenginan daripada kebutuhan. Bukan sepenuhnya kesalahan zaza, kami pun kadang inconsistent dalam pelaksanaannya.
Su:kita beli kok zaza nggak dibeliin yach.Kasian ah.
Sa: jadi mo dibelikan? Yang dia punya masih bagus
Su: beliin deh
Nah....

Bulan lalu zaza mendapat semacam brosur informasi tentang “how to manage your pocket money wisely – saving the sensible habit” dari sekolahnya. Informasi dikemas sedemikian rupa menjadi menarik untuk anak2 SD. Menurut zaza lagi, selain brosur juga di buat shownya. Great concern yang diberikan oleh bank dan lembaga swasta disini untuk mensosialisasikan kegiatan menabung dan mengajarkan anak untuk membuat solusi pilihan antara wants dan needs.



Jadi inget lagu Titiek Puspa tentang lagu menabung di tahun 80an

bing beng bang yok kita ke bank
Bang bing bung yok kita nabung
Tang ting tung hei jangan dihitung tahu2 tiap bulan dapat untung.


(ada yang tahu lanjutannya?).

1 comment:

Anonymous said...

Great...!! Iya nih susah juga euy ngebiasain anak2 bwt nabung semata2 buat nabung. mereka nabung masih niatnya krn pengen beli sesuatu, mainan tentu saja. gimana ya caranya? brosur dr sekolah zaza itu ga bisa dishare di sini ya mbak?