

Buat saya, menabung adalah suatu sikap disiplin dan itu bukan hal gampang. Sebagai wanita biasa mudah tergoda dengan yang namanya sale.Walaupun tidak semua jenis barang sale akan menarik perhatian saya. Hanya, jika kata sale itu melekat pada barang tertentu, kata menabung mendadak turun ratingnya ....

Kebiasaan menabung memang sedianya dimulai dari usia dini. Saya dan suami mendidik cahaya mata untuk mengenal arti menabung dan mengetahui keuntungannya sejak dia tahu nilai uang. “Za, sisa uang jajan/uang hari rayanya ditabung ya. Jangan lupa” begitulah nasehat kami selalu. Karena seringnya kami mengingatkan, pernah ada kejadian. Zaza ingin membeli suatu mainan. Saya berkata padanya untuk menabung dulu. Dengan tangkas dia menjawab “aku sudah menabung, nich ada sekian dollar”. Saya speechless

Tanpa buang waktu, kami memperkenalkan konsep tersebut. It was not easy at start. Seiring waktu Alhamdulillah sedikit demi sedikit Zaza sudah bisa menerima konsep ini walaupun tidak jarang saya harus melihat dia BT bahkan berlinang air mata karena penerapan konsep itu. Masih lebih besar kenginan daripada kebutuhan. Bukan sepenuhnya kesalahan zaza, kami pun kadang inconsistent dalam pelaksanaannya.
Su:kita beli kok zaza nggak dibeliin yach.Kasian ah.
Sa: jadi mo dibelikan? Yang dia punya masih bagus
Su: beliin deh
Nah....

Bulan lalu zaza mendapat semacam brosur informasi tentang “how to manage your pocket money wisely – saving the sensible habit” dari sekolahnya. Informasi dikemas sedemikian rupa menjadi menarik untuk anak2 SD. Menurut zaza lagi, selain brosur juga di buat shownya. Great concern yang diberikan oleh bank dan lembaga swasta disini untuk mensosialisasikan kegiatan menabung dan mengajarkan anak untuk membuat solusi pilihan antara wants dan needs.
Jadi inget lagu Titiek Puspa tentang lagu menabung di tahun 80an
bing beng bang yok kita ke bank
Bang bing bung yok kita nabung
Tang ting tung hei jangan dihitung tahu2 tiap bulan dapat untung.
(ada yang tahu lanjutannya?).